MENABUR DAN MENUAI
(SOWING AND
REAPING)
Oleh Dr. W. A.
Criswell
Khotbah
di First Baptist
Church in Dallas
Teks: Galatia
6:7-10
Pendengar radio dan
pemirsa televisi terkasih, anda sedang mengikuti siaran Kebaktian First Baptist
Church di Dallas. Dan ini adalah gembala kami yang pada pagi ini akan membawakan
Firman Tuhan dengan tema: MENABUR DAN MENUAI, hukum tabur tuai.
Dalam khotbah seri
kita dari kitab Galatia, kita sudah sampai di pertengahan pasal 6. Dan kita akan
membaca ayat 6 sampai 9. Galatia 6, mulai ayat 6:
“Dan baiklah dia, yang menerima
pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang
yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab
barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,
tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh
itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya,
kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:6-9)
Itu adalah ekspresi
Paulus yang digunakan beberapa kali dalam surat-suratnya yang menjelaskan
tentang masalah memberi. Kata Yunani “koinoneo” berarti “berpartisipasi,
berbagi.” Sedangkan kata “koinonia” berarti “sharing.”
Kadang-kadang kata ini diterjemahkan “a fellowship” (suatu persekutuan)
dan kadang-kadang diterjemahkan “a communion” (komuni). Dan kata “koinonikas”
adalah kata untuk “liberal.” Seseorang yang adalah “koinonikas” adalah
liberal. Sedangkan “koinonos” berarti “a partner, a sharer”
atau “teman berbagi.”
Jadi apa yang rasul
sedang tuliskan kepada jemaat-jemaat di Galatia adalah bahwa orang-orang ini
memiliki jemaat yang diberkati oleh Firman Allah, yang memimpin mereka untuk
saling berbagi apa yang mereka miliki. Rasul mengharapkan mereka dengan sukarela
saling mendukung pelayanan dan jemaat. Kemudian ia menulis hukum universal: “Karena
apa yang ditabur orang” – berbicara tentang pemberiannya – “itu juga yang akan
dituainya” – berbicara tentang tuaian atau berkat yang datang dari padanya.
“barangsiapa menabur dalam dagingnya” – untuk dunia
ini – “ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur
dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal (aionios)
dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik – dalam pelayanan ini—,
karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi
lemah.”
Seseorang dapat
berkata, “Tentunya ini tidak dapat diterapkan di dalam dunia rohani, hukum ini,
yaitu hukum tabur tuai, hanya dapat kita temukan dalam dunia alami atau fisikal.”
“Karena
apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Ini pasti kebenaran di
dalam dunia fisikal, namun tidak dapat diterapkan dalam dunia rohani.
Namun sebaliknya, saya tidak dapat memikirkan tentang argumentasi yang lebih
baik untuk satu Pencipta yang agung dari segala sesuatu yang kelihatan maupun
tidak kelihatan, dunia spiritual dan fisikal, dari apa yang saya lihat dan kita
alami di dalam satu hal yang agung ini. Keduanya adalah sama. Baik yang
kelihatan maupun tidak kelihatan adalah sama. Karena keduanya direncanakan,
didisain oleh Pencipta yang sama, yaitu dunia natural dan supernatural, dunia
rohani dan fisikal.
Apa yang kita
temukan di dunia rohani adalah hal yang sama yang kita temukan dalam dunia
fisikal, hanya saja ini tanpa dibungkus substansi. Saya menggunakan perkataan
ini berdasarkan apa yang ada dalam dua buku agung yang Allah tulis. Ia menulis
buku yang kita sebut Dunia Natural. Dan kita melihat tangan Tuhan di dalamnya.
Kemudian Ia menulis buku yang disebut Dunia Spiritual. Dan kita melihat tangan
Allah di dalamnya.
Setelah memikirkan
dengan hati-hati dan lebih seksama, akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan
bahwa ada satu buku, hanya satu buku, yang ditulis oleh jari dan tangan Allah.
Dan tulisan ini memiliki dua pasal yang hanya dibagi oleh lima panca indra
kita, yaitu natural atau supranatural, kelihatan atau tidak kelihatan, rohani
atau tidak rohani, semua itu sama saja.
Sehingga rasul
Paulus, berbicara tentang kita dan apa yang kita lakukan dalam hidup kita dan
kepada apa hidup kita, kita berikan dan apa yang kita kasihi dan usaha-usaha
dari tangan kita dan kerinduan-kerinduan hati kita, ia menggunakan hukum alam
ini dengan begitu jelas dan sederhana untuk mengilustrasikan hukum rohani
tentang menabur dan menuai, menanam dan menuai. Dan ia berbicara tentang hal ini
dalam dua cara, yaitu yang pertama tentang jenisnya, dan yang kedua tentang
tingkatannya.
Pertama,
tentang jenisnya: Karena apa yang ditabur orang,
itu juga yang akan dituainya.
Ini sudah pasti
bahwa apapun yang seseorang tabur, itu jugalah yang akan ia tuai. Sesuatu yang
dijual hanya akan anda dapatkan jika anda membelinya. Apapaun yang anda peroleh,
anda harus memperolehnya dengan membayar harga. Jadi dalam hal apa yang kita
tanam dan kita tuai, apapun yang kita tabur, itu jugalah yang akan kita tuai.
Seseorang akan sangat terkejut bila tuaian yang ia peroleh adalah sesuatu yang
berbeda atau lain dari pada yang ia tabur. Misalnya ia menabur gandum namun
tidak menuai gandum. Atau jika ia menanam biji pohon Ek, tentunya ia tidak akan
mengharapkan bunga magnolia. Apa yang orang tabur, itu jugalah yang akan ia tuai.
Di sini ada anak
muda yang kuliah mengambil jurusan medis. Ia tidak akan menjadi seorang petani
yang mahir, namun ia akan menjadi seorang dokter. Atau seorang anak muda yang
mengambil jurusan hukum, ia tidak akan menjadi seorang insiyur yang mahir. Apa
yang ia tabur, itu jugalah yang akan ia tuai. Kepada apa ia menyerahkan atau
mengabdikan hidupnya, tuaiannya akan kembali padanya.
Begitu juga dalam
dunia rohani. Rasul menasehatkan di sini: “Karena apa
yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Sebab barangsiapa menabur
untuk dunia, jika ia menabur dalam dagingnya, jika energi dan fokus hidupnya
ditujukan untuk hal-hal keduniawian, jasmaniah, maka ia akan menuai kebinasaan
dari dagingnya. Atau ketika seseorang memberikan hidupnya untuk dunia dan ia
menabur untuk daging, tuaiannya dapat saja berupa uang, kekayaan, kesuksesan,
keseangan, kebebasan dari kelaparan dan kedinginan dan kepanasan. Berapapun
banyaknya hal yang ia dapatkan sebagai tuain dengan menabur untuk daging,
menabur untuk dunia, rasul Paulus berkata bahwa ada juga tuaian yang lain
di dalamnya. Dan itu adalah tuaian yang merupakan kebinasaan, kerugian dan
kehilangan. Rasul Paulus berkata bahwa tidak ada berkat rohani. Tidak ada tuaian
rohani ketika seseorang hanya menabur dalam daging dan hanya untuk dunia.
Sebagai contoh,
uang. Uang dapat membeli tempat tidur, namun bukan membeli tidur. Uang dapat
membeli makanan, namun tidak dapat membeli selera makan. Uang dapat membeli
rumah, namun tidak dapat membeli keluarga. Uang dapat membeli obat/medis, namun
tidak dapat membeli kesehatan. Uang dapat membeli hiburan dan kesenangan, namun
tidak dapat membeli kebahagiaan. Uang dapat membeli banyak hadiah, namun tidak
dapat membeli cinta. Uang dapat membeli patung salib, namun tidak dapat membeli
Juruselamat. Ketika kita menabur untuk kedagingan, untuk dunia, ketika visi dan
mimpi kita adalah tentang hal-hal dunia ini, kedagingan maka anda akan menuai
kebinasaan, kerusakan dan keruguan.
Suatu kali
ada seseorang yang berkendaraan bersama dengan temannya melewati daerah
perumahan elit dengan rumah-rumah yang begitu indah dan mewah. Dan seorang
bertanya kepada temannya, “Berapa harga properti di sini?”
Dan
temannya menjawab, “Saya tidak dapat mengatakan kepada kamu berapa harganya,
namun saya dapat mengatakan kepada kamu harga pemiliknya.”
Dan ia
berkata, “Apa? Apa?”
Dan
temannya menjawab, “Harga orangnya sama dengan harga semua yang dimilikinya.
Harga orangnya sama dengan harga jiwanya.”
Seorang Vikaris di
sebuah gereja Anglikan di Great Britain, Inggris, sedang berlutut di samping
salah satu anggota gereja yang sangat kaya, dan ia meminta agar orang itu
menyerahkan hatinya kepada Allah.
Dan ia
berkata kepadanya, “Tuan, jika anda mau memberikan hidup anda kepada Allah, jiwa
anda kepada Allah, hati anda kepada Allah, peganglah tangan saya.”
Namun
orang itu menolak.
Dan
Vikaris itu mendesak dia, “Tuan, akhir dari segala sesuatu sudah dekat.
Kehidupan ini akan segera berlalu. Kematian telah mendekat. Berikanlah hati anda
kepada Allah, jika anda mau, tunjukkan dengan memegang tangan saya. Genggamlah
tangan saya.”
Orang itu tetap
menolak.
Dan ketika ia mati,
tangannya begitu dingin. Dan di dalam tangannya, pendeta itu melihat kunci
keselamatan, yang seharus dengan mudah dapat ia peroleh. Ia menabur
dalam daging dan menuai kebinasaan.
Tidak ada
Mason (anggota perkumpulan kebatinan) di sini atau dengan melihat televisi atau
radio anda tidak akan pernah lupa dengan bagian kisah drama di pondok Masonic.
Ketika
Hiram Abif terbunuh dan seseorang mencari orang untuk membangkitkan dia dari
antara orang mati; dan orang itu berusaha untuk mengangkat tubuhnya yang telah
beku, telah mati, dan ketika ia mengangkat tangannya yang telah rusak itu, ia
berkata, “Aku tidak dapat mengangkatnya. Aku tidak dapat menaikkannya. Karena
tangannya telah hancur.”
Ada orang yang
sangat kaya yang telah memberikan hidupnya kepada dunia dan bukan kepada Allah.
Dan dalam hidupnya yang mengalami penyakit, terobsesi dengan tangannya. Dan
istrinya meminta teman-teman dekatnya, yang telah menjadi temannya selama
bertahun-tahun, dan berkata, “Kunjungilah dan berbicaralah kepada John. Mungkin
kamu bisa membantunya. Ia terobsesi dengan tangannya, ada gangguan dalam
pikirannya.”
Sehingga Jim datang
untuk menemui sahabat lamanya yang telah ia kenal dan kasihi selama
bertahun-tahun. Dan ketika ia mengunjungi sahabatnya yang menderita itu, Jim
akhirnya berkata kepadanya, “John, tidak ada yang salah dengan kedua tanganmu.
Tidak ada yang salah dengan kedua tanganmu.”
Dan John
mamandangnya dan berkata, “Jim, Jim, lihat, lihatlah. Oh Tuhan, Jim, kedua
tanganku begitu kosong. Kedua tanganku begitu kosong.”
Ia menabur dalam
daging, untuk dunia, ia menuai kekosongan, kebinasaan, kerugian dan kehilangan.
“Oh Tuhanku, Jim,
lihat kedua tanganku begitu kosong. Begitu kosong.”
Kematian adalah hal
yang tidak dapat diacuhkan dan dihindari. Kematian bagi orang yang menabur dalam
daging, yang menabur untuk dunia, sangatlah memalukan, suatu kengerian yang
secara tiba-tiba menghampirinya. Itu bukan gerbang menuju firdaus. Itu bukan
gerbang menuju sorga. Itu bukan gerbang kemuliaan.
Ia yang menabur
dalam daging akan menuai kebinasaan.
Kedua, menabur dan menuai menurut tingkatannya
“Dan baiklah dia,
yang menerima pengajaran dalam Firman, – ini adalah orang-orang yang bergabung
dalam jemaat Tuhan – membagi segala sesuatu (koinoneo)
yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.” (Galatia
6:6).
Barangsiapa menabur dalam Roh, dalam hal-hal tentang Allah, mendukung pekerjaan
Allah, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Dan Paulus menulis:
“Camkanlah ini: Orang
yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak,
akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan
hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih
karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu
dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” ( II Korintus 9:6-8)
Dan Allah sanggup
melimpahkan segala kasih karunia kepada anda menurut tingkatannya, menurut apa
yang anda tabur di dalam nama Allah untuk pekerjaan Tuhan. Namun tuaian itu, oh,
Tuhan, betapa berlimpahnya, betapa berkelebihan dan berharganya. Hukum tuaian,
tuaian rohani, berkat rohani, menabur dan menuai, menamam dan menuai.
Sudah
banyak kali orang bertanya kepada saya, “Apakah anda pernah mengenal Dr. Truett?”
Dr. Truett pernah
berdiri di mimbar ini selama empat puluh tujuh tahun, untuk memberikan Injil
kasih karunia Anak Allah.
“Apakah anda pernah
mengenal Dr. Truett?”
Saya menjawab,
“Tidak seperti itu. Saya tidak pernah mengenal dia sebagai gembala atau
seseorang yang saya kenal dengan baik atau intim. Saya hanya mengenal dia
sebagai seseorang yang lebih muda. Saya akan pergi ke Southern Baptist
Convention atau pertemuan besar dan mendengarkan dia. Saya hanya mengenal dia
sebatas itu. Namun efek yang ia miliki atas diri saya, dan juga terhadap banyak
orang lain, kadang-kadang hampir tak terlukiskan.”
Di sini, di salah
satu konvensi kita, dalam kebaktian bersama gereja-gereja kita ia pernah
menguraikan firman Tuhan kepada para cowboy di West Texas. Setiap musim
panas ia akan pergi ke sana dan memberitakan Injil kepada para peternak sapi di
sana.
Suatu hari, setelah
kebaktian pagi, salah satu dari para peternak yang mempunyai peternakan yang
begitu besar dan luasnya, berkata, “Dr. Truett, maukah anda berjalan-jalan
bersama dengan saya?”
Kemudian pendeta
ini bersama dengan pemilik peternakan tersebut berjalan-jalan sampai akhirnya
sampai ke tempat yang sepi.
Peternak itu
berhenti dan memandang pendeta itu serta berkata, “Tuan, hari ini, untuk pertama
kalinya, saya menyadari bahwa ratusan ribu akre tanah peternakan ini bukanlah
milik saya, semua itu adalah milik Tuhan dan saya hanyalah seorang pelayan.
Untuk pertama kalinya hari ini, saya telah melihat bahwa kawanan lembu yang
begitu banyaknya ini bukanlah milik saya. Semua itu adalah milik Tuhan dan saya
hanyalah pelayan-Nya. Dan semua kekayaan atas nama saya ini, sebenarnya bukan
milik saya sama sekali. Semua itu adalah milik Allah. Dan saya ingin
mempergunakannya untuk kebaikan dan kemuliaan-Nya.”
“Dan sekarang,” ia
melanjutkan, “Dr. Truett, saya ingin anda berlutut di sini, dan saya akan
berlutut di samping anda, dan saya ingin anda mengatakan kepada Tuhan atas nama
saya bahwa pada hari ini saya mau memberikan semua tanah saya dan peternakan
saya dan semua yang saya miliki kepada Dia, dan bahwa saya akan mencoba untuk
menjadi pelayan yang baik, yang menggunakan semua kekayaan ini untuk kemuliaan
Allah. Katakanlah itu atas nama saya kepada Tuhan.”
Kemudian mereka
berlutut, dan pendeta besar ini dengan kepala tertunduk dan merendahkan hati, di
samping pemilik peternakan itu menyerahkan segala sesuatu yang orang itu miliki
kepada Tuhan dengan berjanji bahwa ia akan mempergunakan semua itu untuk
kemuliaan Tuhan.
Dalam menjelaskan
ini, Dr. Truett berkata bahwa ia pikir orang itu telah benar-benar menyerahkan
semua miliknya kepada Tuhan. Ini adalah doa penyerahan dari semua yang orang itu
miliki, dan ia, sebagai pekerja Tuhan akan mempergunakan semua miliknya itu
dengan baik dan bijaksana.
Namun ketika ia
selesai berdoa menyerahkan semua itu, ternyata pemilik ternak itu belum
menyerahkan semua yang dimilikinya kepada Tuhan. Ketika pendeta ini selesai
berdoa pemilik ternak itu memegang lengan Dr. Truett dan berkata, “Dan sekarang,
Dr. Truett, dan sekarang, Dr. Truett telah menyerahkan segala sesuatu yang saya
miliki kepada Tuhan dan saya telah berjanji kepada Allah bahwa saya akan
menggunakan semua itu untuk kemuliaan-Nya, dan sekarang Dr. Truett, bolehkah
saya juga menyerahkan anak durhaka saya kepada Allah? Dan bolehkan saya minta
Allah menyelamatkan dan membawa kembali anak durhaka itu? Maukah anda meminta
itu dari Tuhan? Maukah anda berdoa untuk itu kepada Tuhan?”
Oh, saya tidak
hanya menemukan diri saya sendiri menangis, namun saya melihat untuk pertama
kalinya kebenaran berkat Allah atas kita.
Kita memiliki hak
untuk meminta. Ketika kita menabur di dalam Roh, ketika kita menyerahkan semua
kedagingan dan keduniawian kepada Tuhan, kita berhak untuk meminta tuaian,
berkat kepada Allah.
Dan menurut hukum
dari yang Mahakuasa yang tidak dapat berubah dan kekal, tuaian itu adalah benar
dan pasti. Ketika saya menabur dalam roh, saya memiliki hak untuk mengaharapkan
tingkatan atau jumlah tuaian dari tangan-Nya yang penuh kemurahan.
Oleh sebab itu
Rasul Paulus membuat ajakan: “Janganlah kita
jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai,
jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9).
Janganlah berhenti
berdoa. Janganlah ragu. Jangan sedih. Jangan pernah. Karena akan tiba saatnya,
menurut waktu Tuhan, engkau akan menuai, apa yang anda tabur akan anda tuai,
serahkan kepada Tuhan kasih dan hati dan perhatian serta komitmen jiwa dan
kehidupan kita, dan harapkan janji Tuhan yang akan menjawab doa-doa kita, dan
mencurahkan berkat serta rahmat-Nya seratus kali lipat. Itulah Allah. Itulah
Tuhan yang menjadikan kita dan alam semesta yang di dalamnya kita hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar